Sabtu, 18 Juni 2016

nyesal ngak nonton apalagi yang udah donasiin uangnya ke pemilik warteg yang di razia kemarin


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaUrC0iRXltGBzimzDDjP-YH0j4PQNLo91U10gAUYMeAMPjiCp_oo6ztxkxtkKZYVT8UrxHkP55h2fosxLB0yY7L3RP1GVWVh3L9ua9LfSXN2j8WukYS3E3MQuLahzvqbTgDcNhyjlDUc/s1600/Screenshot_1.png

Remaja-Masjid-Rumah-rumah mewah itu berjejer di sepanjang jalan kampung Sidakaton dan Sidapurna, Kelurahan Dukuhturi, Kabupaten Tegal. Kampung ini jaraknya tak jauh dari Kota Tegal. Dua kampung itu juga berdekatan,pembatasnya jalan selebar hampir sepuluh meter. Memasuki kampung ini, Mata akan berdecak kagum ketika melihat jejeran rumah-rumah tegolong mewah itu.


Dua kampung itu memang tersohor pencetak pedagang Warung Tegal alias warteg. Dari kampung ini lah para pedagang warteg itu lahir. "Hampir semua warga di sini punya pengalaman Nge-warteg," ujar Yani, salah satu warga Desa Sidapurna saat berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu. Yani pun pernah ikut membuka usaha warteg di kawasan Pabrik Cileungsi Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Namun usaha itu tak berlanjut karena tempatnya mengontrak untuk usaha warteg sengaja diputus oleh pemiliknya.

"Mungkin karena kalau dipakai warteg itu kotor," ujar Yani.

 Yani memperkenalkan merdeka.com dengan kakaknya, Sutarsih juga pedagang warteg di Pasar Kemiri Muka, Kota Depok, Jawa Barat. Kebetulan Sutarsih saat itu baru saja pulang ke kampung halamannya setelah tiga bulan berdagang. Rumahnya terbilang lumayan untuk seukuran hunian kampung. Lantai keramik dan bertingkat dua. "Saya baru pulang. Dagangnya gantian sama saudara tiga bulan sekali," ujar Sutarsih.

ani pun kemudian menunjukkan rumah salah seorang pedagang warteg juga tetangganya. Rumah itu berada tepat di depan tempat usahanya membuka warung makanan. "itu juga dagang warteg, tetapi tidak ada orangnya," ujar Yani sambil menunjuk rumah hampir jadi tepat di pinggir jalan kampung itu.

 Mayoritas kata Yani, di dua Desa itu memang sepi penghuni. Maklum, kebanyakan dari pemilik rumah itu ialah pedangan warteg. Mereka merantau sebagai pedagang warteg ke berbagai daerah. Penduduk asli dua desa itu bisa dilihat tepatnya ketika Hari Raya Lebaran. Seminggu sebelum hari raya, para pedagang warteg ini hampir semuanya pulang. Sedangkan seperti hari-hari biasa, kampung itu sepi. Hanya beberapa orang tua dan jumlahnya pun tak banyak.

 "Semua tidak ada orangnya," tutur Yani.

Selain di Desa Sidakaton dan Sidapurna, ada dua desa lagi juga tersohor sebagai kampung pedagang warteg. Adalah Desa Cabawan dan Krandol. Dua Desa ini juga mencetak pedagang-pedagang warteg. Sama seperti pemandangan di Desa Sidakaton dan Sidapurna, rumah-rumah di Desa Cebawan juga tak kalah mewah. Rumah-rumah setara dengan Komplek Elit Pondok Indah di Jakarta juga banyak ditemui di kampung ini.

Kebanyakan, semua membangun rumah-rumah itu dari duit hasil jualan warteg. "Banyak orang kampung sini duitnya enggak kepakai," ujar Tarno pedagang Es Dawet saat ditemui di perempatan Desa Cebawan, Minggu dua pekan lalu. Tarno pun juga pernah menjadi pedagang warteg, namun dia tak se sukses para pedagang warteg lain. Alasannya, usaha warteg butuh kesabaran "Saya enggak kuat, karena dagang warteg itu harus sabar," kata Tarno.

 Kampung warteg di empat desa di Kabupaten Tegal itu memang spesial dibanding desa-desa lain. Bahkan, Pemerintah Kabupaten Tegal pernah menjadikan Desa Sidapurna kawasan perumahan percontohan. Namun karena kini rumah mewah sudah berjejer hingga menjalan ke kampung sebelahnya, kawasan percontohan itu pun sudah tak ada lagi disematkan. "Dulu memang iya. Tetapi sekarang sudah tidak. Kan sudah banyak juga yang rumahnya gedong-gedong," ujar Tarno.


Simak video rumah-rumah mewah Kampung pengusaha warteg berikut:

Mau Berlangganan Artikel Gratis ?
Yuk Isi Data di Bawah Ini Gratisss !